Surat untuk Sang Mertua

  
Mertua... tolong tempatkan dirimu pada posisiku aku tak lagi paham akan sifatmu yang kasar. Kurang apa aku ini jadi menantu? Dulu waktu aku pacaran dengan anak bungsumu engkau memperlakukanku dengan baik, tapi seiring berjalannya waktu kau berubah karena uang. Uang menjadi masalah dan persoalan pelik diantara kita. 

   Dulu aku meminjamimu untuk membayar hutangmu. Aku ga tau itu bohong atau beneran? Dan aku juga sangsi kalo sekarang kau bebas dari hutang2 mu terhadap orang lain.
   
   Ketika aku dan anakmu menikah, kau bilang kepada teman temanmu (yang notabene suami mereka adalah temanku) kalo aku ini menantu yang kurang ajar. Minta e buat nikah yang mahal mahal... padahal apa kau lupa, kau lah yang milih vendor sendiri (serasa yang mau nikah tu kalian ) bukan kami. Yang sok sibuk pertama2ne kan kalian, yang milih ini milih itu... tapi mbarang liat rego (melihat harga) kalian langsung mundur... begitu curangnya kalian... kalian yang udah milih2 dan mengatur ngatur ujung ujungnya duitnya kami yang bayar... (ngerti gt ya mending aku yang milih dewe) kirain dibayarin 50%-50% eh ga taunya cm 20%-80%... 

   Okelah aku bersyukur kalian mau menangung yang 20%nya.... tapi kami jadi paham bergantung dengan manusia meskipun manusia itu sendiri adalah orang tua kita, harapan itu adalah sia2.... 

   Ketika aku hamil kau bilang hamilku kecepetan. Kenapa harus buru2 punya anak?? lah aku bingung yo... nek kecepeten kau bilang aku belum siap mental, nek aku ga hamil2 nanti dirimu mengira aku mandul ga iso duwe ank... aku bingung menanggapi ocehanmu yang rasanya aku selalu salah di matamu. 

   Ketika aku hamil tua... kita main kerumah saudaramu, kau bilang padanya didepanku kalo dirimu ga mau rawat anaku... okelah... tapi apa harus d gembor2in sampe ke ujung dunia sampe pake toa... biar semua orang tau? bukane dirimu haruse malu... cucu yang lain kamu yang rawat tapi anakku padahal cucumu juga, mbok gituin... 

   Aku si ga masalah... tapi dimana hatimu kenapa hobby mu seneng betul membuat ku mikir dan menyusahkan hatiku? yang aku minta cm 1 mertuaku... tutuplah mulutmu klo tidak bisa memuji, setidaknya tidak perlu mencela... (NN)

1 komentar:

  1. Terima kasih atas curhatan kamu,
    kita memang tidak bisa mengendalikan orang lain berbicara yang menyenangkan hati kita. tapi yang bisa kita lakukan adalah membentengi hati kita dengan ikhlas dan menerima kelemahan dia yaitu sulit bicara yang halus. mungkin di waktu lampau dia ada kepaitan juga dengan mertuanya. so anggaplah angin lalu.. makukikekuka...masuk kuping kiri keluar kuping kanan...

    BalasHapus